Sabtu, 02 Mei 2009

Our Job :

Tugas kita :

Dahulu entah SMP,, entah SMA ada film yang saya senangi, judulnya ER, bercerita tentang kehidupan dokter di ruang gawat darurat, dengan berbagai ceritanya, pasien masuk dengan kondisi yang parah dan dapat selamat, saya paling senang ketika melihat pasien dengan henti jantung karena VT lalu di DC shock dan akhirnya selamat.
mungkin film itulah yang merasuk kedalam alam bawah sadar saya, sehingga saya memilih masuk kedokteran, walaupun sepertinya bukan minat dan bakat saya. Saya ingin menyelamatkan orang, sesimple itu pikiran saya.


6 tahun berikutnya

4 tahun 3 bulan belajar dikampus dan akhirnya ..
lulus jadi sarjana kedokteran, saatnya menjalani masa klinik, masa yang ditunggu dengan cemas-cemas harap [lebih banyak cemasnya], lalu saya stase bagian penyakit dalam, lalu apa yg terjadi ternyata ER itu memang hanya film fiksi, kenyataanya begitu sedikit pasien yang sebenarnya dapat disembuhkan, di penyakit dalam saya menemukan banyak sekali pasien gagal ginjal yang harus cuci darah 2 minggu sekali, pasien dengan sirosis hepatis dengan bengkak seluruh tubuh, satu-satunya terapi yaitu transplantasi. dan negara kita, transplantasi sepertinya masih mimpi.
Banyak juga Pasien kanker yang sudah terminal, dan lainnya, dan memang Begitu banyak pasien yang dalam tanda kutip "tidak bisa disembuhkan", dan oh begitu banyak. Lalu saya mulai berfikir sebenarnya untuk apa saya jadi dokter, tidak seperti film ER, disini begitu banyak pasien yang hanya tinggal menunggu ajalnya tiba.
Lalu saya stase ruang 29, ruang khusus HIV, pasien kurus, yang hanya diselimuti kulit tanpa daging, mulut penuh dengan jamur candida, lemah tidak berdaya, lalu keluarga pasien yang menunggui disampingnya entah sampai kapan... saya berfikir dokter itu bisa APA??!! apakah hanya bisa mengobati batuk, pilek, panas sajakah...
atau apakah pasien itu harus punya ratusan juta untuk mendapat terapi yang seharusnya dilakukan. Kemoterapi, transplantasi, operasi, itu semua makan biaya yang luar biasa mahalnya, jika pasien tidak mampu, lalu dokter bisa apa??

ah.. saya kehilangan arah
hingga suatu ketika

morning report, salah satu dosen bercerita..
sebenarnya apa sih tugas seorang dokter?

what a job of a doctor??
he says :
to cure is seldom
to relieve is often
to comfort is always
that a job of a doctor

aahh..
benar sekali, memang sangat sedikit penyakit yang bisa disembuhkan oleh dokter, seringkali penyakit itu hanya dikurangi, atau dihambat agar tidak kambuh, dan ternyata tugas seorang dokter itu membuat pasien nyaman (comfortable), nyaman dalam arti luas, termasuk menerima penyakitnya (accepting).

benar membantu agar pasien menerima penyakitnya, membantu pasien dan juga keluarganya menerima, bahwa penyakitnya "tidak" bisa disembuhkan hanya bisa "dikendalikan".

hingga suatu ketika ada pasien HIV, masih muda, sekitar 26 tahun, tidak sadar, dengan tubuh kurus kering, ditunggui oleh ayahnya 24 jam sehari selama seminggu, dengan biaya sendiri (bukan gakin), dalam sehari menghabiskan ratusan ribu. Penyakit yang sudah jelas akhirnya dan entah sampai kapan harus dirawat.
Lalu Kita bisa berkata pada bapaknya : " pak, semoga ikhlas ya pak, karena jika ikhlas maka ALLAH yang membalasnya, tenaga, waktu dan biaya yang bapak keluarkan semoga diganti berlipat-lipat oleh ALLAH, karena jika tidak ikhlas maka segala usaha bapak sia-sia, tidak mendapat apapun selain letih dan lelah", mencoba membantu bapak itu menerima takdirnya dan mencari hikmah dibaliknya. dengan kata lain membuatnya nyaman - to comfort.

hingga 5 hari kemudian, ketika pasien itu meninggal, bapak menangis dan memeluk kita sambil berkata :

" terimakasih, dok".


1 komentar: