Senin, 08 Juni 2009

Dilemma : Beritahu atau Tidak (Penyakitnya) - bag2

Pada suatu malam di jalan antara malang-kepanjen.

Di tempat praktek seorang dokter, ada seorang pasien yang duduk diruang tunggu, jika ada pasien lain dia mempersilakannya lebih dulu, dia menunggu, dokter itu heran apa yang dia tunggu, tidak biasanya ada pasien seperti itu. Lalu malam semakin larut, setelah tidak ada pasien lainnya, barulah pasien itu masuk.

Pasien itu adalah bapak sudah memiliki cucu berumur sekitar 50an tahun. Ketika ditanya apa keluhannya, bapak itu tidak menjawab, malah mempersilakan pak dokter langsung memeriksa seakan-akan bapak itu merahasiakan sesuatu, dengan penuh keherananan, dokter itu memeriksa fisik bapak itu. dan ternyata setelah memeriksa perut bapak itu, terperanjatlah karena pada bagian liver bapak itu, teraba keras, membesar dan berdungkul-dungkul.

Bapak itu seperti menyadari, lalu setelah pemeriksaan selesai, bapak itu langsung berkata "dokter, apa penyakit saya? tidak perlu ragu menjawab yang sebenarnya." Dokter itu tertegun, betul dia ragu, karena penyakit yang diderita bapak itu bukan sembarangan, jika ternyata salah maka fatal akibatnya. "Sudahlah dokter tidak perlu ragu, bilang saja apa adanya." Seakan-akan mencoba menghapus keraguan dari dokter itu.

Lalu dokter itu menjawab "bapak, sebetulnya ini perlu pemeriksaan lebih lanjut. hanya saja dari pemeriksaan tadi dugaan kuat saya, bapak menderita kanker liver." Bapak itu hanya menunduk, sambil berkata lirih " apakah ada obatnya?" lalu dijawab " jika memang benar kanker liver, maka sampai saat ini belum ada obatnya "

Lalu dengan berkaca-kaca bapak itu mengangkat wajahnya dan berkata :

"ALHAMDULILLAH"

"Tidak semua orang yang akan mati, "diberi tahu" dulu".

Dokter itu kaget, seumur hidupnya tidak pernah ada orang yang divonis terkena kanker mengucapkan syukur seperti itu,

Tidak semua orang dapat mengatakan Alhamdulillah, segala puji bagi Allah telah memberikan penyakit ini, sehingga ingat dengan kematian, seakan-akan hal itu didepan matanya, memberikan kesempatan bertaubat, memberikan kesempatan meminta maaf terhadap kerabat dan orang yang telah terzhalimi, mendapatkan kesempatan menyelesaikan hutang-hutang. mendapatkan kesempatan menikmati hidup detik, demi detik, menit demi menit, hari demi hari, sebelum akhirnya kematian menjemput.

Tidak semua orang mendapat kesempatan seperti itu.

Mungkin itulah yang dipikirkan bapak itu, bapak itu mengganggap hal yang ditakdirkan kepadanya bukanlah sutau musibah tapi kasih sayang Allah, sehingga ia bisa mempersiapkan segala sesuatunya disaat orang lain mungkin meninggal pada sore hari padahal ketika pagi hari masih segar bugar.


Ternyata sebelumnya bapak itu pernah diperiksa ditempat lain, dan divonis yang sama, untuk menenangkan hatinya dia pergi, tanpa arah, dia naik sembarang bis dan turun disembarang tempat lalu menemui sembarang dokter, sebelum turun di tempat praktek dokter itu, dia telah melewati beberapa dokter lain. namun entah mengapa dia turun di dokter itu. dia tidak tahu mengapa, dia hanya merasa 'sreg' turun di dokter itu.

Yang dia tidak tahu
, bahwa dokter itu adalah dekan di Fakultas kedokteran, Orang terpenting di fakultas yang mendidik ratusan-hingga ribuan dokter tiap tahunnya. orang yang mengisahkan cerita ini dihadapan ratusan calon-calon dokter masa depan. Tentu saja dia tidak tahu bahwa kisahnya tidak hanya menjadi inspirasi dari dokter itu, tapi juga menjadi inspirasi bagi ratusan bahkan ribuan dokter lain. Bahwa bebas dari penyakit bukanlah satu-satunya jawaban, namun memaknai hidup [yang tersisa] justru itulah jawaban sebenarnya.

it's not only about prolong a life but also quality of life
Bukan hanya menyembuhkan penyakit, tapi yang terpenting adalah meningkatkan kualitas hidup

dan ternyata sekali lagi, tidak ada yang kebetulan. Takdir Allahlah yang menentukan.

3 komentar:

  1. pasien berhak tau apa yg terjadi pada dirinya
    tinggal caranya gimana...
    susah untuk bersikap bijak kalo dalam situasi sulit
    >.<

    BalasHapus
  2. yup, serba dilematis, every case is unique.

    BalasHapus