Hingga suatu saat adik kost saya terserang astma, dan membutuhkan nebulizer (mesin yang mengeluarkan uap), lalu saya bawa ke kampus, dan kebetulan di tempat itu ada beberapa mahasiswa FK, lalu saya bilang ke adik kelas saya " nah, sekarang saatnya kamu beramal". Dia tentunya tahu maksud saya, beramal disini berarti merelakan dirinya untuk diperiksa, saat itulah saya men-tentir (mengajari red.) beberapa orang yang kebetulan ada disitu.Real Case, Real Patient, and Real Treatment... walaupun adik kelas saya itu megap-megap menahan sesaknya, sedikit kejam memang, tapi tidak apa-apa...
Pembelajaran itu memang butuh pengorbanan..
Beberapa hari kemudian mereka minta di-tentir tentang pemeriksaan fisik, katanya mereka mau meriksa anak SLB, saya tentir sebisa saya. Menurut saya, Pemeriksaan fisik itu bukan perkara mudah, jadi ketika saya kembali diminta untuk mendampingi mereka memeriksa anak-anak SLB yang tuna rungu, tentu saya bersedia. Dan ternyata memang benar, tidak mudah, berkomunikasi dengan bahasa isyarat, tanpa anamnese yang jelas dan sebagainya, cukup sulit untuk melakukan pemeriksaan kesehatan seperti itu. namun saya puas karena disamping karena pengalaman baru, juga berhasil mengetahui hampir separuh dari mereka mengalami rabun jauh yang belum terdeteksi sepenuhnya.
setelah kegiatan itu saya mendapat sms yang senada,
" terima kasih banyak, maaf kami tidak bisa memberi apa-apa "
tentu saja mereka tidak sadari, bahwa sebenarnya mereka sudah memberikan saya begitu banyak.
setelah berbulan-bulan saya bersedia ikut kegiatan tanpa harus berfikir saya dapat apa, saya dapat berapa.
walau mereka berkata, maaf kami tidak bisa memberi apa-apa, tanpa sadar, mereka memberi saya kesempatan.
Kesempatan untuk mengingat kembali tentang hidup saya, tentang
Who I Am.. Who Am I.......
tentang siapa saya... dan saya ini siapa...
diatas semua itu, memberikan saya suatu kebahagian., kebahagiaan dalam memberi, dan kebahagian melakukan dengan ikhlas. yang sejujurnya perlahan-lahan hilang dalam diri saya.
Akhir kata...
Kebaikan itu menyebar kawan...
seperti nasihat yang diberikan kepada teman saya.
" Selain kita harus pintar 'menambah' dan 'me-kali', kita juga harus pintar 'mengurangi' dan 'membagi'
nb:
lanjutan sms tersebut :
"Mungkin 'cuma' doa, semoga menemukan jalan yang terbaik, yang benar-benar diinginkan."
Mungkin sering tidak disadari, Justru sebenarnya doa yang tulus adalah pemberian paling berharga yang diberikan muslim kepada seorang muslim lainnya. Karena kekuatan utama seorang muslim adalah pada doanya..